#182 Menang atau Kalah Adalah soal Keadaan

December 31, 2014   

"HMMH ! Pendekar Tanpa Nama, yang selalu mengaku dirinya tidak bernama, kini minta dirinya disebut Harimau Perang?"

Busananya serbahitam, ringkas seperti busana penyusupan, dan ia menyoren dua pedang di punggungnya. Tampak meyakinkan sebagai seorang pendekar, yang hidup hanya untuk mencapai kesempurnaan dalam ilmu persilatan, tetapi ucapannya membuat diriku berpikir bahwa ia seorang pembunuh bayaran.

"Aku tidak pernah mengaku bernama itu," kataku, "apakah kamu yang lebih beruntung karena memiliki nama adalah juga orang suruhannya?"

Ia mendengus, bahkan meludah.

"Suruhan? Puih! Aku hanya mengambil sepundi uang emas untuk pekerjaan semudah membalik tangan."

Jadi ia seorang pemburu hadiah, bukan pembunuh bayaran, yang tetap akan membunuh jika tindakan itu memang diperlukan. Jika pemburu hadiah bekerja sendirian, maka pembunuh bayaran dapat bekerja sendirian atau juga bagian dari perkumpulan rahasia, tetapi dalam ketiga kedudukan tersebut juga tidak berlaku penyebutan nama-nama.

"Tidak dapat kuharapkan juga penyebutan suatu nama, bukan?"

Ia mendengus lagi.

"Hmmh! Apalah artinya sebuah nama."

Dingin sekali caranya mengucapkan itu, seperti mengucapkannya kepada diri sendiri.

"Kelompok Delapan Naga maupun Mata Merah katanya tak berhasil mengambil kedua pedang itu darimu," katanya kemudian, sambil mencabut kedua pedangnya, "Kamu pasti sangat tangguh."

Aku juga mencabut sepasang pedang panjang melengkung itu.

"Kedua pedang itu harus diambil sendiri," kataku, "tetapi kematian mereka adalah pekerjaan Pendekar Panah Wangi."

"Panah Wangi? Heheheheh! Betina satu itu. Apakah dirimu sudah ditidurinya juga?!"

Aku belum sempat menjawab, dan tak tahu apakah pertanyaannya itu perlu dijawab ketika ia berkelebat menyerangku dengan dua pedang jian, yang memang dibuat hanya untuk seni bermain pedang, dan kemungkinan besar dibuat hanya untuk dirinya sendiri saja, sehingga segala sesuatu tepat sesuai dengan kehendaknya - dan pedang itu pun akan bergerak sesuai dengan hatinya. Ia menginginkan tertusuknya jantung, tertusuklah jantung; ia menginginkan terbabatnya perut, terbabatlah perut; ia menginginkan terpenggalnya kepala, terpenggal pula kepala.

Di atas wuwungan, dalam kelamnya malam, aku melenting setinggi-tingginya, hanya untuk turun kembali dan balas menyerang. Di atas wuwungan berlangsung pertarungan antara dua pemain pedang yang masing-masing menggunakan sepasang pedang. Sampai beberapa saat lamanya belum jelas siapa di antara kami berdua yang akan menang atau kalah.

Para guru ilmu silat di Shannan dan Jiangnan selalu berkata kepada muridnya:

Maju dengan kecepatan angin,

mundur setelah tindakan keras.

Maju lagi sepanjang tubuh,

jangan ragukan sedikit tekanan.

Ajukan telapak tangan,

ketika napas dihembuskan,

demi kemangkusan diikuti teriakan.

Seperti naga bergerak ke sini dan ke sana,

menang atau kalah adalah soal keadaan. 1

Gerakan lawanku menunjuk keberasalannya dari Perguruan Shaolin, seperti yang telah sangat kukenali dari ilmu pedang yang dimainkan Yan Zi Si Walet. Apa yang berlaku sebagai petunjuk untuk jurus-jurus tangan kosong sama berlakunya untuk ilmu pedang, dan karena bertarung demi kepentingan rahasia dalam kesunyian malam, segala hentakan tidak diikuti teriakan, melainkan sekadar napas yang dihembuskan, dengan jauh lebih keras.

Seperti pencapaian kebuddhaan, begitu pula penguasaan seni pertarungan dapat diberi peringkat. Adapun lawanku tampaknya telah mencapai peringkat tertinggi. Ketiga peringkat dalam ilmu silat Perguruan Shaolin teracu kepada kemampuan memadu-leburkan yang keras dan yang lembut. Pada tingkat pendekar, ilmu silat yang dikuasainya tak lagi keras atau lembut, melainkan pada saat bersamaan kedua-duanya.

Pada tingkat ini lawan tak dapat menduga gerakannya, gerakannya di luar pelacakan; yang semula lentur mendadak keras, dan ketika lawan terpukul atau tersabet pedang, ia tak tahu dari mana serangan itu datang. Pada tingkat pendekar, seseorang tampak halus dan lembut, tetapi kehalusan dan kelembutannya ketika digunakan memberi hasil tindakan yang kuat dan keras. Pada tingkat di bawahnya, seseorang tak mampu memadukan yang keras dan yang lembut; pada tingkat di bawahnya lagi seseorang hanya tahu yang keras, dan tidak ada seorang guru pun dapat membenahinya 2 --pada tingkat pertama inilah seorang penjahat kambuhan yang berkeliaran di dalam kota berada.

Lawanku jelas berada pada tingkat pendekar, tetapi ia bukan seorang pendekar. Ia menggunakan ilmunya untuk memburu hadiah, demi kepentingannya sendiri. Ilmunya yang tinggi bukan saja tidak berguna bagi yang lemah dan tidak berdaya, karena ia memenuhi permintaan apa saja, tetapi selama ada bayarannya. Maka sungguh ketinggian ilmu silatnya menjadikan lawanku, yang sangat piawai memainkan sepasang jian ini, sebagai orang berbahaya! (bersambung)


  1. Dari Robert W. Smith (peny.), Secrets of Shaolin Temple Boxing [1974 (1964)], h. 65. Nama-nama provinsi kuna adalah konversi dari Szechwan (Sichuan) dan Kweichow (Guizhou).
  2. Ibid., h. 38-9.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 1:02 PM
#182 Menang atau Kalah Adalah soal Keadaan 4.5 5 Unknown December 31, 2014 Maju dengan kecepatan angin, mundur setelah tindakan keras. Maju lagi sepanjang tubuh, jangan ragukan sedikit tekanan. Ajukan telapak tangan, ketika napas dihembuskan, demi kemangkusan diikuti teriakan. Seperti naga bergerak ke sini dan ke sana, menang atau kalah adalah soal keadaan. - Secrets of Shaolin Temple Boxing "HMMH ! Pendekar Tanpa Nama, yang selalu mengaku dirinya tidak bernama, kini minta dirinya disebut Harimau Perang?" Busananya se...


3 comments:

Silahkan berkomentar dengan bijak