#184 37: Apalah Artinya Sebuah Nama...

January 2, 2015   

PERTARUNGAN yang berlangsung lebih cepat dari cepat, kuhayati lebih lambat dari lambat, ketika bahkan kedipan mata lamanya berabad-abad, dan aku bisa menulis sebuah kitab dengan gerakan pedang sampai tamat.

Aku mengguratkan aksara dengan pedang ketika menyerangnya, menjadi kata-kata yang menentukan nasib, tetapi lawanku menangkisnya dengan gerakan pedang pembentuk aksara pula, menjadi kata-kata untuk menolak penentuan nasibnya.

Ilmu pedangnya jelas tidak dapat dipandang sebelah mata. Aksara dari masa Maharani Wu Zetian yang berbunyi zhao dilawan dengan bunyi zhao dari aksara yang sama, yakni pedang di tangan kiri menulis ming yang berarti terang di atas, dan pedang di tangan kanan menulis kong atau langit di bawah. Penumpukan itu berbunyi zhao yang berarti menyinari makhluk hidup di bumi siang dan malam seperti rembulan dan matahari.1

Gerakan pedang membentuk aksara wanita tujuh jurus dilawan dengan aksara wanita tujuh jurus yang memiliki lima goresan dasar, yakni titik, atas-bawah, serong kiri-kanan, membentuk lengkungan dan lingkaran. Aksara tulang ramalan ditandingi aksara tulang ramalan. Aksara prasasti perunggu dihadapi aksara prasasti perunggu. Aksara tambur batu dikembari aksara tambur batu. Aksara segel kecil dicegat aksara segel kecil. Aksara pegawai kerajaan diimbangi aksara pegawai kerajaan. Aksara umum ditangkis aksara umum. Aksara miring dibentengi aksara miring. Aksara miring liar disaingi aksara miring liar. Begitu pula jurus-jurus aksara setengah miring dipudarkan jurus-jurus aksara setengah miring 2. Namun aku tidak ingin lagi pertarungan ini berlangsung lebih lama.

Para pendekar dari Hedong kudengar berkata:

pukulan yang betul

tidak terlihat

lawan harus jatuh

tanpa melihat tanganmu 3


Apa yang dianjurkan bagi pukulan tangan kosong dapat berlaku pula bagi tusukan pedang. Maka tanpa sedikit pun mengurangi kecepatan aku mengganti permainan, dari Ilmu Pedang Cahaya Naga beralih ke Ilmu Pedang Naga Kembar.

Hanya dalam tiga jurus kedua pedang jian yang indah terpental ke atas, dan kedua pedang panjang melengkung itu menancap pada dada kiri-kanan sampai tembus ke punggungnya. Dengan segala hormat, kakiku menjejak tubuhnya agar terlepas dan melayang ke bawah dari ketinggian 330 kaki.

Ketika kutengok dari atap, kuperkirakan pemburu hadiah berilmu tinggi itu akan jatuh pada atap serambi wihara di sampingnya, tempat tertanamnya gigi Buddha sepanjang jari telunjuk, yang dibawa seorang peziarah dari Jambhudvipa 4. Tubuh itu akan menimpa atap dan terpental untuk jatuh berguling-guling di halaman depan wihara. Jika belum ada yang melihatnya, ia akan tergeletak seperti orang tidur. Namun dengan suara keras ketika tubuhnya menimpa atap serambi, sebagian orang yang sudah setengah terbangun pasti segera keluar untuk melihatnya.

Orang-orang akan melihat sosok berbusana serbahitam yang tengkurap seperti orang tidur, tetapi kemudian mereka akan melihat pula betapa terdapat darah yang mengalir, dan apabila tubuhnya mereka balikkan ternyatalah terdapat dua lubang tusukan pedang pada dada kiri maupun kanan. Mereka akan ternganga dan melihat ke atas, mencari tempat dari mana orang ini mungkin telah dibunuh dan dijatuhkan.

Saat itulah aku sudah harus berkelebat menghilang.

Ketika mereka menengok ke atas, aku memang sudah menghilang.

Aku muncul kembali di belakang orang-orang itu. Hari sudah lebih terang. Aku juga ingin melihat wajahnya.

"Bukan orang sini," kata seseorang.

"Tidak ada tanda apa pun yang menunjukkan asalnya," kata yang lain.

Di dalam hati senyumanku kutahan. Tidakkah diketahuinya betapa pendekar paling tersohor di dunia persilatan pun tidak akan pernah dikenali oleh orang awam, karena mereka berada di dunia yang lain, apalagi jika siapa pun dari dunia persilatan itu telah memilih jalan kerahasiaan?

Satu regu Pengawal Burung Emas segera tiba. Salah seorang menatap wajah mayat itu sebentar.

"Pasti tadi orang ini tengkurap," katanya, "siapa yang membalik?"

Seseorang mengangkat tangan, dan langsung terjungkir karena tendangan.

"Bodoh! Apa kata Hakim Hou nanti melihat tempat kejadian perkara sudah terkacaukan begini rupa?"

Ia perhatikan lagi wajah itu.

"Siapa di antara kalian yang mengenalinya?"

Semua orang dalam kerumunan itu, termasuk diriku, menggeleng-gelengkan kepala. Kutatap sekali lagi wajah orang yang kutamatkan riwayatnya melalui pertarungan seru itu. Kuingat kalimat yang diucapkannya dengan dingin.

"Hmmh! Apalah artinya sebuah nama..." (bersambung)


  1. Tengok Lim SK, Asal Usul Bahasa China (2008), diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Li En (2008), ke Bahasa Indonesia oleh Clara Herlina [2014 (2009)], h. 49-51.
  2. Konversi dari aksara ke jurus pedang mengacu evolusi aksara di Tiongkok dalam ibid., h. 52-73.
  3. Dari Robert W. Smith (peny.), Secrets of Shaolin Temple Boxing [1974 (1964)], h. 68. Hedong adalah nama semasa Dinasti Tang bagi provinsi Shanxi sekarang.
  4. Gambaran petak terpojok di barat daya ini dari denah Chang'an dan penjelasannya dalam Charles Benn, China's Golden Age: Everyday Life in the Tang Dynasty [2004 (2002)], h. xiii, xix.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 4:11 PM
#184 37: Apalah Artinya Sebuah Nama... 4.5 5 Unknown January 2, 2015 pukulan yang betul tidak terlihat lawan, harus jatuh tanpa melihat tanganmu - Secrets of Shaolin Temple Boxing PERTARUNGAN yang berlangsung lebih cepat dari cepat, kuhayati lebih lambat dari lambat, ketika bahkan kedipan mata lamanya berabad-abad, dan...


2 comments:

  1. Replies
    1. Maaf mas, masih ada kesibukan di dunia nyata. Terima kasih sudah menjadi pembaca setia :)

      Delete

Silahkan berkomentar dengan bijak