#186 Nasib Gadis yang Selalu Melukis

January 4, 2015   

MUNCULNYA Hakim Hou dalam urusanku membuat diriku harus mengetahui bagaimana hukum berlangsung di Chang'an, atau tepatnya Negeri Atap Langit, tempat pendekar golongan putih yang membunuh datuk golongan hitam disamakan dengan kejahatan karena melakukan pembunuhan.

Dunia persilatan merupakan dunia tersendiri, tetapi dengan ruang dan waktu yang kadang terpisah dan kadang melebur dengan kehidupan sehari-hari. Tidak terpisah seterusnya dan tidak melebur seterusnya. Di dalam dunia persilatan, pertarungan satu lawan satu adalah pertarungan yang adil; dalam hukum dunia sehari-hari, siapa pun yang melakukan pembunuhan harus ditangkap dan diadili. Perkara apakah orang itu harus dihukum berdasarkan tingkat kesalahannya atau dibebaskan karena membela diri, maka perkara itu harus diselesaikan dalam pengadilan.

Betapapun perkara itu dapat kumengerti. Adapun yang tidak dapat kumengerti adalah jika Harimau Perang kini menjadi buronan, karena belum dapat ditangkap maka keluarganyalah yang harus ditangkap. Namun karena Harimau Perang datang tanpa keluarga dari Daerah Perlindungan An Nam, maka siapa pun yang tinggal bersamanya yang ditangkap dan ditahan.

Sebagai seorang pejabat tinggi dalam bidang tugas rahasia, Harimau Perang mendapat sebuah rumah gedung besar untuk ditinggali, lengkap dengan para pengawal dan para pelayan. Mereka semua ditangkap, ditahan, dan diperiksa. Setelah terbukti tidak terlibat kejahatan apa pun mereka segera dibebaskan, termasuk seorang kebiri yang dipekerjakan sebagai kepala rumah tangga. Kecuali seorang gadis yang berada di sana tanpa terlalu jelas pekerjaan dan kedudukannya. Konon pekerjaannya setiap hari adalah melukis. Untuk sementara disebutlah ia sebagai kekasih Harimau Perang.

Ditangkapnya gadis ini memberikan perasaan tidak enak kepadaku, yang telah menjadi penyebab musabab terkacaukannya kehidupan Harimau Perang. Dengan sengaja aku telah membantai para penjahat kambuhan dari malam ke malam, dan dengan sengaja pula kuperlihatkan diriku selintas kepada para saksi mata suatu kesan bahwa diriku adalah Harimau Perang.

Demikianlah menjadi perbincangan dari kedai ke kedai bahwa Harimau Perang membasmi kejahatan yang semakin marak di Kotaraja Chang'an semenjak dan seusai pengepungan, dengan ciri yang telah semakin dikenal, yakni berambut lurus panjang, menyoren dua pedang panjang melengkung yang disarungkan di punggung dengan menyilang. Sengaja pula kukenakan busana yang melebar ke samping kiri dan kanan pada kedua bahu, yang memberi kesan tegak, tegap, dan kukuh, seperti ciri Harimau Perang, karena diriku sendiri tidak berkesan seperti itu.

Aku sengaja melakukannya agar Harimau Perang, jika ia memang Harimau Perang yang bertanggung jawab atas terbunuhnya Amrita, mencariku, muncul di hadapanku dan bicara, bukan sekadar berkelebat datang dan berkelebat pergi seperti yang sudah terjadi. Ternyata setiap kali datang orang meminta sepasang pedang panjang melengkung yang bukan Harimau Perang, melainkan orang-orang bayaran, baik dari perkumpulan rahasia maupun pemburu hadiah, yang justru menambah korban-korban bergelimpangan, sampai menjadi perhatian Hakim Hou.

"Perempuan yang untuk sementara dianggap kekasih Harimau Perang itu ditahan, mungkin dimaksudkan Hakim Hou agar Harimau Perang menyerahkan diri," kata Panah Wangi.

"Mungkin saja, tetapi jika memang begitu, tentu waktu akan ditangkap itulah dia menyerahkan diri," kataku.

Panah Wangi menceritakan kepadaku, sebetulnya memang sering terjadi, jika suatu perkara belum selesai dan orang yang berperkara meninggal, maka keluarga terdekatnya, anak laki-laki misalnya, akan ditahan sampai perkaranya selesai. Jika cara seperti itu biasa dilakukan dalam perkara penunggakan pajak 1), maka tidak dapat kubayangkan berapa lama pula gadis tak bersalah itu akan berada dalam tahanan, karena yang disebut Harimau Perang kukira tidak akan pernah menyerahkan dirinya dalam urusan ini.

"Selain gadis yang selalu melukis itu belum tentu memang kekasihnya, yang membunuh semua penjahat kambuhan itu juga bukan Harimau Perang," kataku, "Jadi aku berpikir untuk membebaskannya."

"Pikirkan juga apa yang akan terjadi selanjutnya," sahut Panah Wangi, "gadis itu mau disembunyikan di mana? Apakah yang bisa dilakukannya sebagai seorang buronan jika pekerjaannya setiap hari adalah melukis?"

Kata-kata Panah Wangi membuatku tidak dapat berbicara dan dadaku menjadi kosong. Salah atau bukan salahnya, begitu tegakah Harimau Perang membiarkan gadis yang disebut-sebut pekerjaannya hanya melukis itu berada dalam tahanan, dalam waktu yang belum dapat diketahui lamanya? Namun perasaan kosong itu datang karena dirikulah yang menjadi penyebabnya! (bersambung)
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 1:31 PM
#186 Nasib Gadis yang Selalu Melukis 4.5 5 Unknown January 4, 2015 MUNCULNYA Hakim Hou dalam urusanku membuat diriku harus mengetahui bagaimana hukum berlangsung di Chang'an, atau tepatnya Negeri Atap Langit, tempat pendekar golongan putih yang membunuh datuk golongan hitam disamakan dengan kejahatan karena melakukan pembunuhan. MUNCULNYA Hakim Hou dalam urusanku membuat diriku harus mengetahui bagaimana hukum berlangsung di Chang'an, atau tepatnya Negeri Atap La...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak