#189 38: Kecantikan dan Hukuman

January 7, 2015   

JIKA wajah Harimau Perang sangat tidak jelas karena tertutup rambut panjang yang tertiup angin, wajah Panah Wangi bukan hanya lebih jelas, tetapi juga sangat cantik. Banyak orang yang berkerumun dan tidak segera pergi, sebetulnya bukan karena membaca pengumuman tentang para buronan itu, melainkan disebabkan oleh pesona paras rupawan gambar Panah Wangi.

Siapakah Panah Wangi? Sayang sekali aku juga tidak terlalu mengenalnya. Bahkan wajahnya yang tergambar begitu cantik, lebih sering hadir kepadaku dalam kelebat gerakan kami di malam hari, ketika kami mengendap dalam wujud bayangan di balik kelam, dari lorong gelap satu ke lorong gelap yang lain, membantai para penjahat golongan hitam.

Dalam kegelapan pun aku tetap dapat mengenali kecantikannya, meski dengan cara yang berbeda, karena betapapun gelapnya malam keindahan adalah keindahan, ketika mata cemerlang yang melirik itu memantulkan cahaya rembulan. Namun pada siang hari, ketika kami mencari tahu siapa kiranya yang akan dapat kami bantai malam harinya, Panah Wangi dapat menyamarkan bukan saja kecantikannya, melainkan juga bahwa dirinya adalah perempuan.

Dengan busana kumal, kerudung, dan caping, pada siang hari Panah Wangi melebur dengan gerak banyak orang di jalanan. Begitu pula diriku, menyusupi segenap kecenderungan dari setiap lapis kehidupan Chang'an, melacak jejak Harimau Perang. Meskipun Jalur Sutera ke arah barat maupun ke Luoyang telah hidup kembali seusai pengepungan, kami menganggap Harimau Perang tidak akan meninggalkan Chang'an, setidaknya selama sepasang pedangnya masih berada di tanganku.

Apakah sebenarnya urusan Panah Wangi dengan Harimau Perang? Ia belum pernah mengungkapnya. Kuingat kata-katanya setelah membunuh pemerkosa, ketika untuk pertama kali kami berjumpa, ''Seperti juga dirimu, aku sedang mencari keadilan!"

Dunia persilatan bukan dunia persilatan jika tidak diwarnai urusan dendam, bahkan seperti dengan sengaja membalaskan apa yang tampaknya seperti dendam kaum perempuan. Dengan banyaknya korban kebiri-paksa, dan anak panah menancap pada lubang tempat anggota badan yang dipergunakan untuk memperkosa itu hilang, orang-orang bicara tentang perburuan para pemerkosa.

Anak panah milik Panah Wangi seolah telah dijampi-jampi, bahwa jika dilepaskan akan menancap pada anggota badan siapa pun yang mempergunakannya untuk memperkosa, sudah maupun belum dikebiri-paksa. Ketika suatu kali mayat yang tertancap lima anak panah di tembok itu adalah seorang menteri berbusana sutra mewah, yang memang terkenal sebagai tukang perkosa, dari kedai ke kedai kudengar khalayak bersuka cita.

Han Fei berkata:

Terdapat dua alat, dan hanya dua, yang dengannya seorang penguasa menguasai menteri-menterinya. Dua alat ini adalah hukuman dan keuntungan.

Apa yang kumaksud hukuman dan keuntungan? Kuanggap pelaksanaannya adalah hukuman dan ganjaran adalah keuntungan. Mereka yang menjadi menteri terpukau oleh pelaksanaan hukuman berat tetapi menghargai ganjaran sebagai menguntungkan. Maka jika seorang penguasa memberlakukan hukuman dan ganjaran, para menterinya akan mengagumi yang dipertuan dan menyesuaikan diri kepada keuntungan yang ditawarkannya. 1

Peperangan yang tidak kunjung berhenti di perbatasan, dan terutama sejak Pemberontakan An Lushan, membuat pemerintahan Wangsa Tang cenderung melemah dan menurun, sehingga pelanggaran hukum terus-menerus berlangsung. Jam malam yang biasanya ditakuti semasa pengepungan telah menjadi terlalu longgar, dan setelah pengepungan usai peraturan belum bisa kembali tegak seperti semula.

Pelanggaran jam malam itulah yang sering memancing para penjahat kambuhan seperti kucing yang langsung dihadapkan kepada ikan. Para pedagang yang tidak bisa menunda urusannya, keluarga orang sakit parah yang mencari tabib, perempuan mau melahirkan, atau orang muda yang merasa dapat melanggar segala peraturan demi cinta, menjadi incaran para penjahat kambuhan.

Perondaan para Pengawal Burung Emas yang memusatkan perhatian untuk membongkar jaringan para penyusup, sangat tidak mencukupi kebutuhan pengawasan malam untuk kota sebesar Chang'an. Namun pembasmian yang kami lakukan, yang tentunya mengurangi jumlah penjahat kambuhan dari malam ke malam, bagi Hakim Hou hanyalah penanda kekacauan.

Adapun katanya, "Dengan segala kekuatan yang ada, kita harus menghukum para pembunuh yang disebut orang-orang sebagai pendekar ini!" (bersambung)


1. Han Fei (280-233 SM) adalah salah satu tokoh pengembang Legalisme di Tiongkok, yang memikirkan sendi-sendi hukum bersama dengan terbangunnya negeri Qin, negeri yang setelah menundukkan negeri-negeri semasa Negara-negara Berperang (475-221 SM), menyatukan Tiongkok sebagai kesatuan politis. Tengok Peter H. Nancarrow, Chinese Philosophy (2009), h. 93-7.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 3:21 PM
#189 38: Kecantikan dan Hukuman 4.5 5 Unknown January 7, 2015 Terdapat dua alat, dan hanya dua, yang dengannya seorang penguasa menguasai menteri-menterinya. Dua alat ini adalah hukuman dan keuntungan. - Chinese Philosophy JIKA wajah Harimau Perang sangat tidak jelas karena tertutup rambut panjang yang tertiup angin, wajah Panah Wangi bukan hanya lebih jelas, t...


2 comments:

  1. Om admin lg sakit, repot atau udh jenuh upload lanjutannya nih? hehehe

    ReplyDelete
  2. Terima kasih sudah jadi pembaca setia, agan jadi penyemangat buat posting cerbung ini.

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar dengan bijak