#190 Mereka Menyerang dari Balik Kelam

January 8, 2015   

PERNYATAAN Hakim Hou itu tidak menghentikan apapun. Dari malam ke malam kami berdua bertemu di suatu tempat, lantas dengan segera berkelebat di balik kelam memburu para begundal golongan hitam. Kami mengendap, kami menguntit, dan kami harus memergokinya terlebih dahulu, sebelum kami menyergap dan memberinya hukuman yang lebih dari setimpal. Kusebutkan lebih dari setimpal karena tentu kami tidak menunggu sampai seseorang diperkosa atau dibunuh lebih dulu, sebelum kami merasa wajib untuk segera menamatkan riwayatnya.

Seseorang akan segera tertancap anak panah yang meruapkan bau wangi ketika sudah jelas akan memperkosa atau membunuh, dan bagi Panah Wangi hukuman untuk percobaan perkosaan jauh lebih kejam daripada percobaan pembunuhan. Tiada bedanya bagi Panah Wangi, apakah masih merupakan percobaan perkosaan atau telah melakukannya, anak panah tertajam akan melesat secepat pikiran pada tempat seperti yang pernah diuraikan. Meski masih percobaan, kepada pelakunya tanpa ampun Panah Wangi tetap memberlangsungkan pengebirian paksa sebelum membunuhnya.

Dalam gelap malam panah-panah berlesatan, tepat menancap pada sasaran. Begitu juga sepasang pedang panjang melengkung ini, yang kumainkan ibarat tarian dalam kelam, yang meskipun tampak lamban dalam penghayatan, sambarannya melebihi kecepatan pikiran. Kami berkelebat dan melenting naik-turun genting. Tubuh-tubuh yang ambruk belum berdebum dan jerit kesakitan masih terdengar ketika kami sudah membantai penjahat lain di tempat lain.

Betapapun Panah Wangi tidak keliru ketika disebutnya Dewan Peradilan Kerajaan akan mengirimkan orang-orang terbaik. Semenjak diumumkannya nama kedua buronan, setiap gerak kami bukan sekadar diintai, diikuti, lantas dicegat untuk diajak bicara sebelum ditahan, melainkan langsung diserang dengan kecepatan bukan alang-kepalang, berkelebat dari balik malam bagaikan kelelawar menyambar buah-buahan.

Demikianlah ketika kami berkelebat naik-turun genting dari satu tempat ke tempat lain, satu per satu datang bayangan berkelebat menyerang dari balik kegelapan tanpa tantangan. Serangan dengan kecepatan bayangan berkelebat seperti itu sangat berbahaya, bukan hanya karena kecepatannya sangat tinggi, tetapi karena nyaris tidak dapat dilihat dalam kegelapan. Bayangan hitam dan kekelaman bagaimanakah kiranya dapat dibedakan? Hanya angin berkesiur dari senjata tajam yang membabat ke tempat mematikan.

Padmasambhava berkata:

semoga unsur-unsur udara

tidak bangkit sebagai musuh-musuh 1


Maka bukankah sangat berbahaya segala serangan ini, ketika dari segalanya yang serbahitam, sebagaimana layaknya malam, bayangan-bayangan hitam datang mengancam? Dalam kelebat berkecepatan pikiran, tanganku memegang dan memainkan sepasang pedang panjang melengkung dengan Ilmu Pedang Cahaya Naga, terbang dengan sentuhan telapak sepatu dari tembok ke tembok, menyambut serangan demi serangan yang datang berkelebat dengan tidak kalah cepatnya.

Bertarung secepat kilat dalam perbenturan di udara seperti itu, setiap kali kuayunkan pedang pada kedua tanganku maka dua nyawa terbang bersamaan. Namun lebih sering aku tidak perlu mengayunkan kedua pedangku. Bayangan hitam berlesatan itulah yang seperti menyambarkan diri, dan aku cukup menghadangnya dengan pedangku yang kiri atau yang kanan, bahkan kadang dengan dua pedang di kiri dan kanan, sehingga bayangan hitam itu memang akan terus melesat, tetapi hanya sebagai tubuh tanpa nyawa lagi di dalamnya.

Bayangan demi bayangan masih menyerang kami dari balik kekelaman dengan cara yang sama, hanya saja Panah Wangi menggunakan dua anak panah seperti aku menggunakan kedua pedangku. Mata anak panahnya yang sangat amat tajam kukira menggores, menusuk, dan merobek, dengan amat sangat meyakinkan dan menyakitkan, atas bayangan-bayangan hitam berkelebat yang tak bisa dibedakan dengan malam.

Maka yang bergelimpangan di jalanan Chang'an kini bukan hanya para penjahat kambuhan, melainkan juga para petugas Dewan Peradilan Kerajaan.

"Sudah begitu banyak korban, Harimau Perang belum muncul juga," ujar Panah Wangi, "Apakah salah satu dari kita mesti menantangnya bertarung secara terbuka?" (bersambung)


1. Dari "The Path of Good Wishes for Saving from The Dangerous Narrow Passage-Way of The Bardo" dalam W. Y. Evans-Wentz, The Tibetan Book of the Dead [1974 (1957)], h. 202. Padmasambhava adalah penyusun "Pembebasan Melalui Pendengaran Selama Tahap Antara", kitab Buddha aliran Tibet yang juga disebut bar do thos grol, pada abad ke-8 (diunduh dari Wikipedia, 3 Januari 2015).
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 1:34 PM
#190 Mereka Menyerang dari Balik Kelam 4.5 5 Unknown January 8, 2015 semoga unsur-unsur udara tidak bangkit sebagai musuh-musuh - The Tibetan Book of the Dead PERNYATAAN Hakim Hou itu tidak menghentikan apapun. Dari malam ke malam kami berdua bertemu di suatu tempat, lantas dengan segera berkelebat...


1 comment:

Silahkan berkomentar dengan bijak