#194 39: Teka-teki di Pasar Timur

January 12, 2015   

TERDAPAT 220 lajur di Pasar Timur, dan setiap lajur yang disebut hang itu diberi nama, misalnya lajur daging, lajur rumah obat, atau lajur busana siap pakai, lajur sutera murah, lajur kekang dan pelana, lajur timbangan dan ukuran, lajur pengrajin emas dan perak, lajur pedagang ikan mentah, lajur pedagang sayur dan buah, dan masih banyak lagi, termasuk lajur pelayanan kotak tempat penyimpanan uang.

Dengan kedudukannya yang berada di wilayah timur, maka Pasar Timur lebih melayani kaum bangsawan, perwakilan asing, maupun orang-orang terhormat lain yang bertempat tinggal di sana. Orang-orang kaya dan terkenal, mendapat penawaran barang-barang mahal, yang didatangkan dari berbagai penjuru dunia.

Maka, di depan mataku pun terlihatlah suatu lajur, yang aku tidak melihat dengan jelas namanya, tetapi terlihat jelas menjual barang-barang asing, antara lain batu-batu terindah, hiasan logam, gading gajah, benda-benda keramat, dan banyak sekali mutiara.

Aku melangkah di lajur itu diikuti Panah Wangi yang masih terheran-heran. Ya, aku pun terheran-heran dengan apa yang kulakukan. Aku merasa melihat sesuatu yang sebelumnya memang pernah kulihat, yang tentunya tidak seperti semestinya jika terdapat di antara barang-barang asing ini.

Orang-orang masih lalu lalang. Dari busananya jelas mereka orang-orang kaya, banyak di antara yang perempuan dengan rambut disanggul ke atas, bahkan membawa anjing kecil yang kadang menepi ke saluran air untuk kencing. Namun aku juga memerhatikan busana para penjualnya. Tidak ada yang harus menarik perhatian dari busana itu sendiri, karena jenis dan corak busana itu sama saja dengan busana orang-orang Han yang dikenakan di Chang'an. Namun, orangnya, ya orang-orang yang mengenakan busana itu bukanlah orang-orang Han, melainkan orang-orang Uighur!

Meskipun begitu, hanya nama-namanya saja mereka itu Uighur, sebetulnya mereka adalah orang-orang dari tempat yang lebih jauh lagi dari sebelah barat laut Uighur, yang semakin banyak berada di Chang'an setelah pemberontakan An Lushan. Busana Han tadi tentu untuk menyamarkan ciri mereka, dan nama-nama Uighur itu mereka pasang agar ikut menikmati perlindungan istimewa yang didapat orang-orang Turks, yang sesuku dengan An Lushan.

Di sini mereka terkenal sebagai orang-orang yang pekerjaannya meminjamkan uang, dan biasanya bekerja di Pasar Barat. Namun tata keuangan yang ditimbulkan oleh pengepungan dan sesudahnya, rupanya juga membuat kaum bangsawan, pejabat tinggi, bahkan para pedagang kaya di wilayah timur pun kekurangan uang, sehingga mereka bisa ditemui di Pasar Timur ini 1.

Betapapun bukan keberadaan orang-orang Uighur itu yang membuatku merasa terdapat sesuatu yang menghubungkan diriku dengan sesuatu. Ya, sesuatu yang kulihat ketika berkelebat menyusuri garis lurus, yang terbentuk dari jalur melesatnya kedua pisau, yang dilemparkan dengan tujuan membunuhku.

Aku terus melangkah sepanjang lajur itu, melewati tempat babut-babut dari Persia digantungkan. Saat berkelebat, memang mungkin saja segalanya terpandang amat sangat lambat, tetapi ketika nyawa jadi taruhan dan waktu bisa mengubah segalanya, kupusatkan perhatianku untuk mengatasi waktu itu dahulu. Kini sesuatu itu membuatku penasaran dan aku masih melangkah mencari-cari sesuatu itu.

"Pendekar Tanpa Nama, apa yang kau cari sebenarnya?"

Panah Wangi tak dapat menahan diri untuk bertanya, tetapi aku hanya mengangkat tangan untuk memintanya diam. Sulit untuk menerangkan sesuatu yang belum bisa dijelaskan bukan?

Melewati gantungan babut-babut Persia, yang dalam keadaan biasa akan membuat siapa pun berhenti untuk mengagumi, mendadak tampak orang yang semula kami intai dan buntuti, yang ternyata kemudian menjebak kami itu.

Kami tertegun, tetapi dia tampak seperti orang menunggu. Dalam waktu singkat aku berpikir keras. Gagasan bahwa kami sudah jelas terarahkan dan tergiring agaknya sama sekali tanpa maksud membunuh dan melenyapkan kami.

Memang, kami telah dipancing, tetapi untuk apa? Para pelempar pisau terbang yang bahkan dua di antaranya telah terkorbankan nyawanya, hanya bertugas membawa kami masuk ke dalam pasar, dengan maksud yang sama sekali belum kami ketahui.

Panah Wangi meraba pisau di balik bajunya, tetapi sambil memandangnya dengan tatapan tertentu, aku menggelengkan kepala. (bersambung)

1. Tentang Pasar Timur dan Pasar Barat di Chang'an, tengok Charles Benn, China's Golden Age: Everyday Life in the Tang Dynasty [2004 (2002)], h. 55.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 4:09 PM
#194 39: Teka-teki di Pasar Timur 4.5 5 Unknown January 12, 2015 Di sini mereka terkenal sebagai orang-orang yang pekerjaannya meminjamkan uang, dan biasanya bekerja di Pasar Barat. Namun tata keuangan yang ditimbulkan oleh pengepungan dan sesudahnya, rupanya juga membuat kaum bangsawan, pejabat tinggi, bahkan para pedagang kaya di wilayah timur pun kekurangan uang, sehingga mereka bisa ditemui di Pasar Timur ini - China's Golden Age: Everyday Life in the Tang Dynasty [2004 (2002)] TERDAPAT 220 lajur di Pasar Timur, dan setiap lajur yang disebut hang itu diberi nama, misalnya lajur daging, lajur rumah obat, atau lajur b...


3 comments:

  1. Nembe tindakan menapa Mas Agung....kok sampun pinten-pinten dinten mboten ketingal....

    ReplyDelete
  2. sepertinya lg skt apa gmn nih bung?
    ini lanjutan serialnya kok gk prnh diposting lg? :(

    ReplyDelete
  3. Iya mas, maaf kemarin masih ada urusan di "dunia nyata".
    Terima kasih sudah jadi pembaca setia blog ini :)

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar dengan bijak