#197 Usaha Jasa Keledai Cepat

January 15, 2015   

AKU mencoba mengingat kembali, kenapa kami berada di pasar ini. Ya, seseorang telah mengelabui kami, bersikap seperti penjahat kambuhan, menjebak dua penjahat kambuhan bersenjata pisau terbang pula, untuk menyerang dan seperti menguji kami.

Mayat mereka telah dibawa pergi para Pengawal Burung Emas. Kemudian dia tunjukkan peti yang masih kukenali, tetapi tanpa isi uang emasnya lagi. Dengan hilang lenyap seperti tadi, pesan apakah yang disampaikannya kepada kami? Siapakah dia sebenarnya?

Namun aku memilih untuk memecahkan pesan daripada mencari tahu siapa orangnya.

"Dia menunjukkan peti yang kosong dengan pengertian bahwa dirimu pernah melihat isinya," kata Panah Wangi, "Itu seperti memberi petunjuk untuk diikuti."

"Apa yang membuatnya berpikir diriku akan mengikuti petunjuknya itu?"

"Tentulah berdasarkan pengenalannya terhadap dirimu, jika tidak, kukira dia tidak ingin melakukan sesuatu yang akan sia-sia."

Suatu letik gagasan berpijar dalam kepalaku.

Jika peti kosong itu harus dianggap petunjuk, maka tentunya begitu pula peti-peti sejenis yang disebut perempuan paro baya bergigi hitam itu masih akan berdatangan.

"Sebetulnya ia ingin menyampaikan bahwa sedang berlangsung pengosongan peti-peti itu dari isinya."

Panah Wangi pun dengan cepat mengembangkannya.

"Isi peti-peti itu dipindahkan dan mungkin saja akan dibawa pergi," katanya, "dan ia menginginkan agar Pendekar Tanpa Na­ma menghalanginya."

Aku tercenung. Apakah harus kuikuti saja pesan-pesan yang disampaikan dengan cara seperti ini? Dunia persilatan kadang seperti susastra yang sesungguhnya mengandalkan tanda-tanda di balik bahasa. Jika aku menurutinya hanya berdasarkan naluri, apakah jaminannya diriku tidak dipermainkan dan ditunggangi? Namun aku memang bisa menunggu sampai mati jika menunggu segala bukti dalam dunia penuh kerahasiaan ini.

Maka, hari ini aku hanya bisa membaca tanda-tanda, seperti penafsiran yang telah disampaikan Panah Wangi bahwa satu peti yang telah dikosongkan isinya menunjuk kepada pengosongan peti-peti lain, dan jika aku menganggap diriku telah terlalu lambat memikirkannya, diriku tak perlu menunggu kata-kata ibu penjual peti hias bergigi hitam itu terbukti.

Namun inilah yang belum dipikirkan Panah Wangi, jika hanya menyampaikan arti bahwa cadangan uang emas kerajaan sedang dicuri, mengapa harus disampaikan di pasar ini, hari ini dan di sini?

Dalam I Ching digambarkan:

mega dan guruh

gambaran meninggi

dikau harus

menekuk tajam

dawai-dawai

pembayangan itu 1


Kami duduk pada sebuah bangku di depan meja tempat terdapatnya bermacam-macam penganan dalam sebuah kedai di Pasar Timur. Kedai itu terletak di sebuah lajur tempat usaha jasa hewan-tunggang keledai cepat berada. Maka tiada terhindarkan bahwa sambil minum arak beras yang panas, mataku terus-menerus menatap deretan keledai-keledai yang siap disewa itu. Keledai itu biasa disewakan untuk mereka yang tidak ingin berjalan kaki untuk mencapai berbagai tujuan di Kota Chang'an yang sangat luas ini 2.

Dari saat ke saat, sambil bercakap-cakap dengan Panah Wangi yang berbusana seperti lelaki, terlihat satu per satu orang datang menyewa keledai itu. Ada yang menungganginya sendiri, artinya tentu keledai itu harus dikembalikan lagi kemari; ada pula yang menungganginya dengan penuntun yang memegang tali. Mungkin dengan cara seperti inilah penyair Li Bai dahulu me­ngembara sambil menulis puisi. Hanya saja jika perantauannya jauh sekali dan tidak kembali, kukira keledai dan penuntunnya sebagai budak tentu dibeli.

Dari sekitar 50 ekor keledai, separonya sudah disewa, dan setelah sebagian kembali kini terdapat 30 keledai yang menanti penyewa. Sebagian dari penuntunnya sedang makan bakpau bersama kami sambil minum air jahe yang panas.

"Lama sekali orang ini," katanya, "padahal janjinya datang pagi."

"Setiap kali orang mau menyewa terpaksa tidak bisa kami layani karena sudah telanjur janji," kata yang lain lagi.

"Dasar orang kebiri!"

Tentu kami langsung waspada dan memasang telinga, aku bahkan ikut bertanya.

"Banyakkah yang akan disewa?"

"Mereka bilang akan menyewa semua yang ada pada kami."

"Itu berarti semua keledai yang ada di situ?"

"Ya, semua yang ada di situ."

Aku memandang Panah Wangi agar dialah yang kini ganti bertanya.

"Banyak juga ya? Untuk apa istana menyewa keledai sebanyak itu?" (bersambung)


  1. Dari hexagram ke-3, Zhun, yang berarti meninggi, dalam Margaret J. Pearson, The Original I Ching (2011), h. 70-2. 
  2. Tengok Charles Benn, China's Golden Age: Everyday Life in the Tang Dynasty [2004 (2002)], h. 54.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 4:47 PM
#197 Usaha Jasa Keledai Cepat 4.5 5 Unknown January 15, 2015 Dalam I Ching digambarkan: mega dan guruh gambaran meninggi dikau harus menekuk tajam dawai-dawai pembayangan itu - The Original I Ching (2011) AKU mencoba mengingat kembali, kenapa kami berada di pasar ini. Ya, seseorang telah mengelabui kami, bersikap seperti penjahat kambuhan, men...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak