#206 Penyergapan di Taman Terlarang

January 24, 2015   

DI Taman Terlarang, di luar tembok utara Kotaraja Chang'an, lima orang kebiri berbusana jubah ungu menggiring 30 keledai di antara kerimbunan pohon-pohon persik, pir, dan liangliu. Mereka berjalan sambil mengoceh. Jarak yang jauh membuat perbincangan hanya terdengar sayup-sayup, dalam deru angin yang membuat gemerisik dedaunan pohon liangliu menjadi-jadi. Terpaksa kupasang lagi Ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang.

"Jadi mereka lari ke selatan?"

"Ya, para pengawal Pasukan Siasat Langit itu mengejarnya, dan tidak ada jalan lain selain ke selatan, karena di bawah tembok pada kanal ke arah Taman Terlarang itu terdapat jeruji besi yang tidak bisa dilewati."

"Mereka harus ditangkap dan langsung dibunuh, karena sudah mengikuti sejauh itu."

"Kalau mereka terus di dalam air, para pengawal pasti bisa menangkapnya karena bisa berenang dengan kecepatan lumba-lumba."

"Bodoh! Tidak ada penyusup yang tidak bisa berenang seperti lumba-lumba! Kedua orang itu pasti akan naik kalau ke selatan!"

Mereka segera mempercepat langkahnya.

"Sejak lama semua ini direncanakan. Tidak boleh gagal karena dua penyusup tidak berhasil ditangkap."

"Kita masih bisa menunggu."

"Apalagi yang ditunggu?"

"Sampai Harimau Perang berkata aman!"

"Bagaimana mungkin Harimau Perang masih menentukan kalau masih terus diburu seperti sekarang?"

"Bodoh lagi! Itu semua hanya fitnah, tetapi fitnah yang menguntungkan. Tanpa harus berkeringat, Harimau Perang sekarang pahlawan banyak orang. Biar saja penjahat kambuhan itu habis dibunuh. Hakim Hou seharusnya berterima kasih dengan pembersihan ini. Semenjak pengepungan usai, Chang'an bukan kota yang dulu lagi."

"Apakah kita harus berterima kasih kepada orang yang melakukan fitnah kepada Harimau Perang itu?"

"Aku heran, mengapa orang kebiri bodoh seperti dirimu bisa lolos ujian dan diterima bekerja melayani maharaja di dalam istana. Tutup mulutmu sekarang daripada dikarungkan seperti Si Tupai yang terlalu banyak bicara."

Aku tertegun. Kusadari betapa licin manusia yang bernama Harimau Perang itu, dan betapa luas jaringan yang diselusupinya, baik sebagai mata-mata maupun sebagai dirinya sendiri. Namun siapakah dirinya sendiri itu?

Aku juga tertegun karena munculnya nama Si Tupai. Seperti sudah lama sekali tidak pernah kudengar nama itu. Sekarang mendadak seperti diterjunkan langsung di antara para pelaku pembunuhannya!

Jika tiga pemegang rahasia telah mati dibunuh, terdapat dua kemungkinan. Pertama, pihak pembunuh mengetahui rahasia yang sama, bahkan merupakan bagian dari rahasia itu. Kedua, pihak pembunuh juga tidak mengetahui isi rahasia tersebut, dan karena itu sebelum melenyapkan pemegang rahasia yang mungkin merugikannya, berkepentingan mengetahui rahasia itu sebelum menghapus segenap kemungkinannya.

Tiada percakapan lagi setelah itu.

Zhuangzi berkata:

tiada yang lebih baik

selain terangnya

pemikiran yang tepat 1


Rombongan keledai itu mendadak tertutupi oleh sejumlah besar kijang berbintik-bintik putih, salah satu di antara sekian jenis hewan peliharaan liar di taman itu, yang kadang-kadang menjadi mangsa perburuan maharaja, para pangeran, dan tamu yang sedang diterimanya.

Dengan ilmu pendengarannya sendiri, Panah Wangi juga mengetahui perbincangan itu. Kulihat matanya langsung menyala ketika nama Harimau Perang disebutkan. Sampai hari ini Panah Wangi belum pernah menyampaikan apakah yang menjadi urusannya dengan Harimau Perang, tetapi mata yang menyala itu bagiku seperti menjanjikan cerita mengerikan.

Kami saling bertatapan sebentar, lantas beranjak untuk mengikutinya, tanpa harus menunggu gerombolan puluhan kijang yang berpapasan itu melewatinya lebih dahulu.

Namun baru melangkah sebentar, sejumlah bayangan turun dari balik rerimbunan pohon-pohon liangliu. Mereka langsung menyerang orang-orang kebiri yang menuntun keledai itu, dan ternyatalah bahwa bukan sekadar jumlah penyerang itu sama banyaknya, melainkan busananya pun sama, yakni jubah sutra berwarna ungu!

Serangan mendadak ini dilakukan dengan keterampilan tinggi. Dari balik dedaunan pohon liangliu, yang dahan-dahannya jika tertiup angin seperti lambaian penari, para penyerang melompat turun langsung di belakang orang-orang kebiri. Dengan pisau melengkung mereka gorok leher korbannya, untuk langsung didorong ke tepi. Lima orang kebiri yang tadi mengambil keledai-keledai ini dari usaha jasa Keledai Cepat di Pasar Timur, meregang nyawa tanpa dipedulikan lagi.

Kelima pembunuhnya langsung mengambil alih keledai-keledai itu, dan menuntunnya seperti tidak ada kejadian berarti.

Panah Wangi menggamit tanganku. Matanya terarah kepada orang-orang kebiri yang bergelimpangan dan bersimbah darah dari lehernya. Mereka masih bergerak-gerak. Masih hidup! (bersambung)


1. Dari James Legge, The Text of Taoism [1962 (1891)], h. 183.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 2:41 PM
#206 Penyergapan di Taman Terlarang 4.5 5 Unknown January 24, 2015 tiada yang lebih baik selain terangnya pemikiran yang tepat - The Text of Taoism DI Taman Terlarang, di luar tembok utara Kotaraja Chang'an, lima orang kebiri berbusana jubah ungu menggiring 30 keledai di antara kerim...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak