"Huangdi...," katanya, dengan tangan terulur dan mata penuh kekhawatiran.
Panah Wangi menatapku. Kami mengerti artinya, tetapi apa maknanya? Huangdi artinya maharaja. Namun apa yang dimaksudnya? Dalam hubungannya dengan peti uang emas, apakah itu berarti bahwa timbunan perbendaharaan negara akan dicuri dari Istana Terlarang, ketika sebetulnya dipindahkan dari Balai Semangat Kilauan Berlian untuk menyelamatkannya? Atau, apakah mungkin justru maharaja sendiri yang disangka terlibat dalam pencurian uang negara dan menjadikannya milik pribadi? Meskipun yang terakhir ini seperti tidak mungkin, tetapi persangkaannya sendiri adalah penting. Bukankah tidak kurang dari sejarah, digerakkan dari prasangka yang satu kepada prasangka yang lain?
Angin bertiup lebih kencang, membuat dedaunan pohon-pohon liangliu yang bergemerisik itu lebih berisik lagi. Benarkah rombongan keledai yang kami ikuti, berhubungan dengan salah satu dari dua kemungkinan di atas? Betapapun semua dugaanku juga bisa menjadi prasangka tanpa bukti, dan itu berarti keledai-keledai yang kini dituntun para pembunuh tersebut harus tetap diikuti. Namun kurasa semangat kami berdua telah meninggi semenjak kami ketahui betapa Harimau Perang terlibat perkara ini.
Semula kami ikuti rombongan itu dengan bersembunyi di balik pepohonan, tetapi akhirnya kami pilih untuk mengikutinya dengan naik ke pohon-pohon itu, bergerak lincah dan ringan seperti kera ketika berpindah-pindah dari dahan ke dahan. Sempat kupikirkan untuk menggunakan gin-kang atau ilmu meringankan tubuh dan melangkah dengan mengendap-endap di atas pepohonan, tetapi kukira setiap saat terlindungi oleh segala dedaunan ini jauh lebih aman, apalagi para pembunuh yang sedang menuntun keledai itu sering sekali menoleh ke belakang!
Apakah mereka sekadar penyusup yang menyamar sebagai orang kebiri, ataukah orang-orang kebiri lain dari kesatuan yang sama? Jika orang-orang kebiri yang terbunuh tadi menantikan perintah Harimau Perang, apakah berarti orang-orang yang membunuh ini berada pada pihak yang berlawanan dengan Harimau Perang, ataukah sebaliknya ternyata justru diperintahkan oleh Harimau Perang? Kusadari betapa ruwet jalinan kerahasiaan yang serba berkait dan berkelindan, dan akan bertambah ruwet apabila kemudian terjadi perubahan, pergantian, dan pertukaran pelaku, yang selalu berlangsung dalam pertarungan abadi antara kesetiaan dan pengkhianatan...
Sun Tzu berkata:
jika telah diberi perhatian sepenuhnya
petugas rahasia dapat digunakan di mana saja;
tetapi yang menerima pembocoran
maupun membocorkannya
keduanya harus mati 1
petugas rahasia dapat digunakan di mana saja;
tetapi yang menerima pembocoran
maupun membocorkannya
keduanya harus mati 1
Istana Terlarang yang berada di dalam Taman Terlarang terbuat dari kayu saja, tetapi kayu terbaik di seluruh Negeri Atap Langit, meskipun terandaikan hanya untuk sementara, dan setiap saat bisa diganti atau dibangun kembali. Tidaklah jelas bagiku apakah sang maharaja ada di sana, tetapi kuketahui bagaimana orang-orang kebiri membawa gerobak tangan berisi peti uang emas memasuki Taman Terlarang.
Apakah Harimau Perang akan bisa dijumpai di sini? Di seluruh Chang'an, bersembunyi di sini memang paling aman, karena sebenarnyalah hanya maharaja dan keluarganya yang boleh berada di Taman Terlarang.
Kenyataan ini menimbulkan sejumlah pertanyaan.
Pertama, ketika masih menjabat sebagai kepala mata-mata Negeri Atap Langit, mungkin saja memang terdapat hak istimewa Harimau Perang untuk memasuki Taman Terlarang. Tetapi jika sudah tidak menjabat dan bahkan Hakim Hou menyatakannya sebagai buronan, mengapa pula keberadaannya di Taman Terlarang masih menjadi kemungkinan? Apakah ini karena Maharaja Dezong sendiri secara pribadi melindunginya? Untuk kepentingan apa?
Kedua, jika kemungkinan tersebut tidak berlaku, dan tetap saja hanya orang kebiri yang diizinkan memasuki Taman Terlarang, mengapa pula Harimau Perang bisa mendapatkan tempat dan bahkan bekerja sama dengan orang-orang kebiri itu? Apakah semua ini sudah direncanakan bersama Harimau Perang sejak lama, ataukah Harimau Perang baru dilibatkan setelah tiba di Chang'an dengan jabatan yang kini berkat ulahku telah dicabut itu?
Para penggorok leher yang menuntun 30 keledai itu mendekati Istana Terlarang.
"Huangdi...."
Seperti terngiang kembali ucapan yang tersendat oleh darah di mulut itu. Hanya awal sebuah kalimat. Apakah yang ingin disampaikannya?
Terbetik dalam kepalaku, apakah maharaja berada dalam bahaya? (bersambung)
1. Mengacu A. L. Sadler, The Chinese Martial Code (2009), h. 121; Indra Widjaja, Falsafah Perang Sun Tzu (1992), h. 118.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak