Jika maharaja sedang bersemangat tinggi, ia akan meminta selir-selirnya membacakan puisi dan memperbincangkannya, mulai dari yang sedang menjadi perbincangan di antara khalayak seperti puisi-puisi para penyair masa pemerintahan Wangsa Tang seperti Li Bai, Du Fu, Wang Wei, Liu Changqin, Chang Jian, dan Cui Hao maupun dari masa silam seperti Qu Yuan dari zaman Negara-Negara Berperang dan Tao Yuan Ming semasa pemerintahan Jin Timur yang sangat dikenal oleh kaum terpelajar di Negeri Atap Langit.
Telah umum diketahui, bukan sembarang perempuan bisa menembus lingkaran-lingkaran penjagaan sang maharaja, karena selain olah tubuh demi permainan cinta di atas ranjang, olah kecerdasan dan perbendaharaan pengetahuannya pun sangat menentukan untuk bisa dianggap layak berbincang dengan maharaja. Namun, sekali kaum perempuan yang sudah teruji ini masuk lingkaran, maka mereka membentuk jaringan yang kuat sekali. Sudah bukan rahasia lagi, betapa jaringan putri istana merupakan saingan terberat bagi jaringan orang kebiri, dalam permainan kekuasaan di istana.
Aku teringat bagaimana mendengar semua itu dari Elang Merah yang pernah menjadi mata-mata Kerajaan Tibet, meskipun dia sendiri belum pernah menyusup ke dalam Taman Terlarang. Kini, dalam bulan yang di Yavabhumipala disebut Paisya, iklim yang hangat sudah meninggalkan wilayah timur laut Negeri Atap Langit. Sebulan lagi udara sudah akan sangat dingin. Jika maharaja sedang tetirah di sini, kukira tidak akan memilih tempat di luar, tetapi memang tidak ada kepastian apakah maharaja berada di dalam Istana Terlarang.
Dalam I Ching disebutkan:
Sumur.
Pindahkan kota tapi jangan sumurnya.
Tiada kerugian, tiada keuntungan:
pergi menuju dan datang dari sumur.
Namun jika mengering,
belum ada talinya, atau embernya rusak,
kemalangan. 1
Pindahkan kota tapi jangan sumurnya.
Tiada kerugian, tiada keuntungan:
pergi menuju dan datang dari sumur.
Namun jika mengering,
belum ada talinya, atau embernya rusak,
kemalangan. 1
Dari pohon terdekat tempat kami bersembunyi, tampaklah lima orang penggorok leher tadi mendekat bersama 30 keledai yang mereka tuntun. Istana Terlarang yang sangat sederhana jika dibanding istana-istana lain di Chang'an tampak dijaga dengan sangat ketat. Pasukan Hutan Bersayap yang berjumlah sekitar 100 orang tampak berjaga dengan busana tempur dan bersenjata lengkap.
Apakah yang terjadi? Lima orang yang mengambil alih 30 keledai tadi telah dicegat di depan pintu gerbang oleh Pasukan Hutan Bersayap. Mereka ternyata tidak boleh berjalan terus, tetapi 30 keledai itu tampak seperti mau diambil, meskipun mereka tidak mau menyerahkannya. Lantas kami lihat terjadi pertengkaran. Suara saling membantah terdengar keras. Kemudian lagi-lagi kelima pembunuh tersebut bergerak sangat cepat dengan pisau lengkungnya, menyambar leher para pengawal yang mencegat mereka.
Tubuh-tubuh segera bergelimpangan sembari menyemburkan darah. Sejumlah anggota Pasukan Hutan Bersayap berlompatan dengan penuh kemarahan ke arah lima orang tersebut, yang jika dilihat dari perbandingan kekuatan dengan sekitar 100 pengawal yang berjaga tersebut, haruslah dikatakan sangat nekad. Namun kami segera melihat betapa tindakan itu telah diperhitungkan, ketika anggota Pasukan Hutan Bersayap yang berlompatan dengan penuh kemarahan itu hanyalah melompat menuju kematian, karena serangan dari samping kiri dan kanan maupun belakang di berbagai bagian tubuh yang mematikan.
Anggota pasukan lain yang terkejut pun segera ditewaskan oleh orang-orang di samping kiri dan kanan atau belakangnya, sebelum menyadari betapa di antara yang 100 orang ini ternyata 60 orang berada di pihak lima pembunuh tersebut. Dari balik dedaunan liangliu yang rimbun, kami mengikuti semua perkembangan yang berlangsung sangat cepat. Telah terjadi perpecahan di dalam Pasukan Hutan Bersayap, pasukan orang-orang kebiri yang terkenal sangat tangguh dan sangat setia kepada tugas satu-satunya, yakni menjaga keselamatan maharaja.
Sekarang sekitar 30 orang mengikuti lima pembunuh itu masuk ke dalam, sedangkan sisanya bersiaga membentuk penjagaan ketat melingkari Istana Terlarang. Kami lihat keledai-keledai itu dibiarkan saja di luar.
"Mereka bukan mau mencuri uang emas," kata Panah Wangi, "mereka mau membunuh maharaja!" (bersambung)
1. Hexagram ke-48, Jing, atau Sumur, dalam Margaret J. Pearson, The Original I Ching (2011), h. 186.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak