Mengingat kedudukan Taman Terlarang yang tanpa tembok, dan langsung berhadapan dengan padang terbuka, sebenarnyalah Istana Terlarang keamanannya tidak terjamin seperti berbagai istana tempat tetirah lainnya di seluruh Chang'an. Namun justru keterbukaan dan keliaran Taman Terlarang itulah satu-satunya tempat tetirah yang bisa membuat maharaja merasa dirinya manusia biasa, sama dengan banyak orang lain yang hidupnya terbebaskan dari berbagai aturan.
Di Taman Terlarang maharaja menikmati kehidupan di alam terbuka dan tanpa tembok, meski sebetulnya keamanannya sangat amat terjamin oleh penjagaan Pasukan Hutan Bersayap. Semula, demi kenyamanan maharaja, penjagaan tidaklah terlalu ketat. Betapapun kehadiran seorang Uighur yang berlari menyerbu dengan pisau, dan seorang warga Tibet yang datang menyerbu dengan melemparkan tombak sambil menunggang kuda, membuat penjagaan diperketat beberapa kali lipat.
Di liyuan atau halaman dalam utama, dari 12 orang anggota Pasukan Hutan Bersayap korban-korban terus berjatuhan, masih dengan Jurus Dua Pedang Saling Bersilang yang memberikan garis silang sayatan pedang mendalam pada dada atau punggung. Hanya tinggal empat orang sekarang, yang bertahan setengah putus asa, dalam serangan dua pasang pedang yang menggulung seperti angin puting beliung. Dari tempatku menyaksikan di atas wuwungan, jika kupandang dengan mata awam hanya tampak seperti kelebat bayangan berwarna merah; tetapi dengan mata orang-orang persilatan maka kusaksikan keindahan tarian dengan dua pedang.
Persaingan antara jaringan orang kebiri dan jaringan putri istana tampak di sini, dengan catatan bahwa di dalam tiap jaringan itu terdapat juga kelompok-kelompok yang tidak selalu hanya sekadar bersaing, tetapi juga saling bertentangan sampai timbul bentrokan. Dalam peristiwa ini tampak betapa lingkaran keamanan yang terakhir, yakni penjagaan yang menempel pada maharaja sekarang bukanlah Pasukan Hutan Bersayap yang terdiri atas orang-orang kebiri, oleh suatu sebab yang belum kuketahui, melainkan kelompok yang berasal dari jaringan putri istana.
Dalam I Ching tergambarkan:
Langit dan air
tercurah ke bawah:
gambaran perselisihan.
Dikau harus mengambil arah baru
hanya setelah menimbang cermat
dari permulaan. 1
tercurah ke bawah:
gambaran perselisihan.
Dikau harus mengambil arah baru
hanya setelah menimbang cermat
dari permulaan. 1
Aku melejit sebentar kembali ke wuwungan huilang atau jalan bertembok di samping chuihuan atau gerbang dalam dan tampaklah pertarungan di qianyuan atau halaman depan itu hampir berakhir. Pertarungan yang tadi antara tujuh anggota Pengawal Anggrek Merah melawan 21 anggota Pasukan Hutan Bersayap telah menjadi pertarungan antara tujuh orang melawan tujuh orang saja. Empatbelas mayat bersimbah darah di qianyuan itu.
Belum kulupakan bahwa di luar masih ada 30 anggota Pasukan Hutan Bersayap yang berjaga-jaga. Jika mereka menyerbu masuk, tenaga mereka yang masih segar bisa menjadi masalah besar bagi para Pengawal Anggrek Merah yang kini menjaga maharaja itu. Selain itu aku khawatir mereka yang rupanya telah tersebar mengelilingi Istana Terlarang ini sudah masuk pula dari berbagai penjuru lain, mencari maharaja yang disembunyikan entah di mana.
Aku pun melompat turun ke sisi luar tembok halaman, merapat ke tembok dengan ilmu bunglon, dan segera kusaksikan pemandangan itu. Tidak kurang dari 500 anggota Pasukan Hutan Bersayap telah mengelilingi Istana Terlarang. Mereka membawa berbagai senjata, termasuk barisan panah, bagaikan siap berperang. Bahkan barisan berkuda tidak kurang dari 100 orang. Apakah ini karena maharaja yang menjadi sasaran? Istana Terlarang seolah menjadi tidak terlarang, karena segala tabu telah dilanggar para petugas yang harus menjaganya.
Aku terkesiap. Tempat ini terlalu jauh dari mana pun, termasuk dari barak Pasukan Siasat Langit yang juga berada di bawah kepemimpinan orang kebiri. Setinggi apa pun ilmu silat para Pengawal Anggrek Merah, jumlah ini terlalu besar untuk dilawan dan dimenangkan. Lagi pula tidak kurang-kurangnya perwira berilmu tinggi di antara orang-orang kebiri.
Jika orang-orang kebiri itu bermaksud menambus maharaja, dengan cara membakar seluruh bangunan istana, tentu mereka mampu menjalankannya. Sedangkan jika perkembangan menuju ke arah itu, masih mungkinkah diriku dan Panah Wangi tetap tinggal jadi saksi mata saja? (bersambung)
1. Gambaran hexagram ke-6, Song atau Perselisihan, dalam Margaret J. Pearson, The Original I Ching (2011), h. 80.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak