Aku dan Panah Wangi sudah siap untuk berpihak, setelah beberapa saat lamanya hanya menjadi penonton, yang tiada lain selain menonton, karena merasa tidak berkepentingan dengan perselisihan dan pertentangan antar golongan maupun antar kelompok di setiap golongan yang bercokol di dalam istana.
Sekarang kuingat lelaki paro baya yang bergigi hitam di Pasar Timur, yang telah membuat kami bukan hanya mengira dirinya penjahat dan mengikutinya, tetapi pula telah mendorong kami masuk dan mengikuti peristiwa ini, yang tak pernah kami ketahui dengan sengaja atau tidak membuat kami mendengar keterlibatan Harimau Perang.
Tanpa urusan Harimau Perang kami bisa begitu saja pergi, tetapi kini bukan saja kami terus bertahan menanti kemunculannya, tetapi merasa tak bisa berdiam diri jika tak hanya perempuan-perempuan Pengawal Anggrek Merah itu habis dibantai, melainkan juga Sang Maharaja Negeri Atap Langit Dezong sendiri, karena kedudukan mereka yang amat sangat lemahnya. Bukan karena Dezong seorang maharaja, dan bukan pula karena para Pengawal Anggrek Merah itu perempuan-perempuan tercantik pula, tetapi tiada lain dan tiada bukan karena berada dalam kedudukan tidak berdaya.
Kami telah naik lagi ke wuwungan xixiangfang dan wuwungan dongxiangfang, di tempat tadi kami masing-masing mengawasi pertarungan di luyian atau halaman dalam, dan ternyatalah bahwa empat dari komplotan pembunuh itu telah ditewaskan. Dua perempuan Pengawal Anggrek Merah segera menyeberangi chuihuamen atau gerbang dalam, dan menemukan betapa kawan-kawan mereka yang tujuh orang juga telah menewaskan lawan-lawannya.
Mereka tentu tahu bahwa masih ada 30 orang lagi anggota Pasukan Hutan Bersayap yang berjaga di luar dan bermaksud segera menghabisinya, tetapi mungkin belum sempat mengetahui betapa jumlah itu telah bertambah 500 orang bersenjata lengkap, termasuk 100 anggota pasukan berkuda yang sedang melaju dengan kecepatan penuh.
Liyuan langsung kosong dan sepi, yang menimbulkan pertanyaan kepadaku di manakah kiranya maharaja bersembunyi. Berapa orang pengawal yang ditinggalkan bersama maharaja? Pengawal Anggrek Merah ini pun tentu tidak mengira bahwa dari 100 anggota Pasukan Hutan Bersayap yang berjaga tadi, 60 orang telah berubah tugasnya, dari melindungi maharaja dengan seluruh jiwa dan raga, berganti jadi membunuhnya!
Sun Tzu berkata:
petarung yang terampil
bergerak
dan tidak digerakkan 1
bergerak
dan tidak digerakkan 1
Kami berkelebat ke depan. Kuberi tanda kepada Panah Wangi bahwa kami sebaiknya hanya menggunakan totokan jarak jauh, bukan karena kebetulan tidak membawa senjata dalam penyamaran di hari siang, tetapi berdasarkan pertimbangan atas keberpihakan. Tanpa pengetahuan yang pasti tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, mencabut nyawa orang begitu saja rasanya terlalu gegabah.
Namun apa yang terjadi kemudian ternyata di luar dugaan.
Tigapuluh orang kebiri yang berjaga di luar melihat kedatangan sesama kesatuannya itu justru bersiaga untuk melawan! Sedangkan Pasukan Hutan Bersayap yang datang ini ternyata memang sengaja menyerang untuk membasmi!
Barisan kuda terdepan melaju sambil melepaskan anak panah masing-masing dengan keterampilan tinggi, yang segera terdengar mendesing ke arah para anggota Pasukan Hutan Bersayap yang berjaga.
"Mati kalian pengkhianat!"
Para penyerbu di atas kuda ini terus melepaskan anak panahnya secara berturut-turut sambil melaju. Ratusan anak panah berdesing-desing ke arah sasarannya dan segera memakan korban. Limabelas orang segera tewas dengan dua sampai tiga anak panah menembus tubuhnya. Sisa 15 orang yang mampu menangkis segera mundur memasuki mendongr atau jalan gerbang di bawah damen atau gerbang, hanya untuk didesak keluar lagi oleh para Pengawal Anggrek Merah yang telah memasuki qianyuan atau halaman depan.
Kembali keluar, seluruh Pasukan Hutan Bersayap penyerbu yang berjumlah 500 orang itu telah membentuk pagar betis. Limabelas orang kebiri terkepung begitu rupa sehingga bahkan tak mungkin lagi untuk melawan. Ratusan tombak panjang terulur melingkari kelimabelas orang ini. Seseorang berusaha bunuh diri tetapi pisau lengkungnya segera terpental. Seorang perwira Pasukan Hutan Bersayap turun dari kudanya, menyibak barisan tombak, mendekati orang-orang yang terkurung dengan wajah putus asa.
Ia masuk dan berjalan di tengah-tengah mereka.
"Pelindung maharaja mau membunuh maharaja?! Jangan harap kalian bisa mati terlalu cepat!" (bersambung)
1. Sun-Tzu, The Art of War, diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh John Minford [2009 (2002)], h. 31.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak