Perwira Pasukan Hutan Bersayap itu berkata sambil menunjuk dengan pedang.
"Maharaja telah diculik katamu?! Huh! Sudah lama Harimau Perang curiga, Putri Anggrek Merah adalah pembunuh bayaran yang bekerja untuk Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang," katanya, seolah-olah setiap anggota Pengawal Anggrek Merah itu adalah Putri Anggrek Merah sendiri.
"Tidak akan aneh tentunya jika sekarang anak buahnya meneruskan tugas itu," katanya lagi, "Kalian sekap di mana maharaja sekarang?"
"Dalam penjagaan kalian yang ceroboh saja maharaja bisa kami selamatkan dari pembunuhan, di tangan kami tentunya membunuh maharaja semudah membalik tangan," jawab anggota Pengawal Anggrek Merah, ''Tapi bagaimana kami melakukannya, jika ternyata saudara-saudara kami yang menjaga maharaja terkapar dengan darah membasahi lantai seperti itu!"
Perwira itu tertegun. Menurunkan pedangnya. Mengangkat tangannya. Maka tombak dan panah yang siap merajam itu diturunkan pula. Para Pengawal Anggrek Merah pun menurunkan pedang jian mereka.
"Apa maksud Puan?"
"Kami tinggalkan lima orang untuk menjaga maharaja, Tuan lihat sendiri apa yang terjadi di dalam sana."
Perwira itu berkelebat masuk ke dalam zhengfang dan dengan segera keluar kembali.
"Hanya empat kawan kalian terkapar," katanya, "di mana yang satu lagi? Tentu dia yang melarikan maharaja! Ataukah kalian semua memang bersekongkol?!"
Mendengar kalimat seperti itu, yang tampak menjadi pemimpin Pengawal Anggrek Merah dengan sebat menggerakkan kedua pedang, dan tiba-tiba terpelantinglah perwira Pasukan Hutan Bersayap itu ke tanah, pedangnya terlepas, sementara kedua pedang jian perempuan itu menyilang di lehernya sampai menancap ke tanah. Bahkan ketika perempuan Pengawal Anggrek Merah itu melepaskan kedua pedangnya, perwira itu tidak bisa bergerak jika tidak ingin lehernya terluka.
Perempuan itu menginjak dada perwira tersebut. Dalam perlindungan delapan Pengawal Anggrek Merah yang melingkari keduanya dengan punggung saling berhadapan, siap menghadapi segala serangan. Mereka dikepung oleh Pasukan Hutan Bersayap yang kembali mengangkat senjata, tetapi ragu-ragu untuk menyerang.
"Membunuhmu semudah membalik telapak tangan, tapi takkan kulakukan," katanya lantang, '"Jangan halangi kami mengejar pengkhianat itu, karena siapa pun pasti kami terjang."
Mayat-mayat yang masih bergelimpangan di liyuan itu menegaskan, betapa sembilan perempuan Pengawal Anggrek Merah tersebut memang bisa membuktikan kata-katanya.
Ketegangan seperti setan lewat, tanpa satu kata pun terucap. Hanya angin yang seperti selalu saja menderu, menderu, dan tiada lain selain menderu. Aku teringat ketika Balai Anggrek Merah diserang orang-orang golongan hitam yang dipekerjakan sebagai pengawal istana, dan juga bagaimana Putri Anggrek Merah ditewaskan suatu sosok yang sepintas lalu mengingatkan kepada Harimau Perang, tetapi yang kemudian setelah ditewaskan Yan Zi ternyata nama Harimau Perang masih disebut-sebut lagi.
Sampai sekarang aku hanya mampu meraba-raba. Apakah Putri Anggrek Merah memang mata-mata atau pembunuh bayaran ataukah kedua-duanya, ataukah kekasih tercinta dan setia menjaga maharaja yang difitnah orang-orang kebiri? Namun peristiwa ini jelas memperlihatkan perselisihan lama antara jaringan putri istana dan jaringan orang kebiri.
Angin masih juga menderu. Namun lantas terdengar suara perwira itu.
"Biarkan mereka lewat!"
Sembilan perempuan Pengawal Anggrek Merah melangkah tanpa gangguan, lantas keluar melewati chuihuamen dan damen atau gerbang pintu masuk, naik ke atas kuda mereka yang ditambatkan di depan daozuor atau deretan kamar-kamar yang pintunya menghadap ke dalam. Hanya tinggal empat kuda yang masih tertambat di sana, kuda empat Pengawal Anggrek Merah yang ditewaskan kawan mereka sendiri.
Sembilan kuda segera tampak mencongklang ke arah utara, mengikuti jejak kuda yang tampak lebih dalam dari jejak kuda lain, karena ditunggangi dua orang. Aku dan Panah Wangi saling berpandangan. Apa yang harus kami lakukan?
Kitab Dao Saikondan menyebutkan:
Istirahat dalam istirahat
bukanlah istirahat sebenarnya;
bisa juga beristirahat,
bahkan dalam gerakan. 1
bukanlah istirahat sebenarnya;
bisa juga beristirahat,
bahkan dalam gerakan. 1
1. Dari Edward Conze, Buddhist Scriptures [1973 (1959)], h. 136.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak