#215 Kekejaman di Padang Alang-Alang

February 2, 2015   

SENJA seolah begitu cepat menggelap, setelah Panah Wangi merayap dengan ilmu kadal untuk mengintai para Pengawal Anggrek Merah, yang dalam perburuan tersangka penculik maharaja telah berhenti dan bertangisan di tengah jalan, mungkin karena isi kepalaku penuh dengan berbagai dugaan yang belum terbuktikan. Semuanya bermula dengan­ pengepungan Chang'an oleh gabungan pasukan pemberontak di seluruh Negeri Atap Langit, yang digalang oleh Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang. Ketika kepentingan pencurian pedang mestika sudah tersingkirkan sebagai tujuan utama, segala peristiwa yang berlangsung menghubungkannya dengan pencurian berpeti-peti uang emas perbendaharaan negara, yang menentukan kesetimbangan tata keuangan Negeri Atap Langit.

Pencurian berpeti-peti uang emas terhubungkan dengan jaringan orang kebiri, dengan teka-teki yang seolah-olah tak terpecahkan tentang rahasia negara yang terbagi tiga di antara Si Cerpelai, Si Tupai, dan Si Musang, yang ketiganya sudah tewas. Namun jaringan orang kebiri, yang sepanjang sejarah akan selalu tertandingi oleh jaringan putri istana, tampak terdesak ketika Putri Anggrek Merah menjadi kekasih tercinta sang maharaja, dengan suatu pertanyaan besar: Putri Anggrek Merah itu kekasih setia atau mata-mata? Dalam penyelidikan Harimau Perang, yang tidak kuketahui apa buktinya, perempuan terindah itu adalah bagian dari jaringan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang, dan karena itu dibunuh.

Terbentuk suatu kedudukan berhadapan, yakni Harimau Perang yang didatangkan maharaja untuk menghadapi, melawan, dan membongkar keberadaan musuh-musuh negara di dalam selimut; dan Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang yang dari tahun ke tahun berhasil menggabungkan berbagai jaringan perlawanan di seluruh Negeri Atap Langit, dan menjadikannya pengepungan yang telah mengharu-biru Chang'an. Namun ketika kepungan itu akhirnya dihancurkan, kecurigaanku sangat besar bahwa pengepungan itu sendiri hanyalah bagian dari siasat, tepatnya suatu pengalihan perhatian yang belum dapat kuketahui apa tepatnya.

Benarkah untuk mencuri peti-peti uang emas saja atau peti-peti uang emas hanyalah alasan agar seorang pembunuh bisa menembus lingkaran perlindungan maharaja, dan berhadapan muka supaya bisa menewaskannya? Betapapun, mengapa justru Harimau Perang yang disebut-sebut oleh orang-orang kebiri penuntun keledai, sebelum akhirnya mereka digorok orang-orang kebiri pembunuh itu? Kalau melihat bahwa pembunuh-pembunuh itu justru terhalangi oleh para Pengawal Anggrek Merah, sudah jelas apa yang disebut kecurigaan Harimau Perang, bahwa Putri Anggrek Merah adalah mata-mata yang ditanam oleh Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang sama sekali tidak beralasan, meskipun memang benar Putri Anggrek Merah adalah kerabat Yan Guifei, artinya kerabat Yang Mulia Paduka Bayang-Bayang juga!

Kecuali, ya, kecuali, jika sebetulnya Putri Anggrek Merah mengetahui sesuatu yang tidak boleh diketahuinya tentang Harimau Perang...

Kuingat lagi Sun-Tzu berkata:

mata-mata mati

artinya mata-mata

yang sengaja

menggubah keterangan keliru

lantas memberikannya kepada musuh 1


Senja menggelap dan mengubah diri menjadi malam. Kudengar suara alang-alang tersibak, seolah-olah binatang melata sedang melewatinya. Tetapi jika ini memang binatang melata, kukira tidak ada binatang melata yang begitu besar di luar Chang'an. Panah Wangi yang merayap cepat bagaikan seekor kadal sudah kembali. Ia bertahan merayap meski hari gelap karena jika ia berdiri dan berjalan tegak tiada jaminan para Pengawal Anggrek Merah yang tinggi ilmunya tidak akan melihatnya.

Panah Wangi tidak langsung bicara dan mengambil pundi-pundi airnya, minum terlebih dahulu, lantas barulah berbicara sambil berbisik-bisik.

"Adik seperguruan mereka yang paling bungsu itu bukanlah penculiknya," kata Panah Wangi, "dia dipaksa ikut menembus jalan rahasia dengan maharaja sebagai sandera."

Agaknya Istana Terlarang juga dirancang sebagai tempat perlindungan bagi maharaja dalam keadaan darurat. Dengan pergantian lingkaran terdalam pengawalan, dari Pasukan Hutan Bersayap kepada Pengawal Anggrek Merah, terdapat juga pergantian cara-cara penjagaan yang tanda-tanda rahasianya hanya diketahui para Pengawal Anggrek Merah.

Penculik ini sudah berhasil menembus masuk, mampu melumpuhkan kelima penjaga, tetapi menyisakan satu penjaga yang mungkin terlemah agar menjadi kunci jalan keluar yang penuh jebakan itu.

"Pantas jejak kuda itu dalam sekali," kataku, "Satu kuda ditunggangi tiga orang, dan tempat ini belum terlalu jauh dari Chang'an. Tidak mungkin kuda tempur membawa beban lebih jauh lagi."

Panah Wangi diam cukup lama sebelum melanjutkan kata-katanya, bahkan menghela nafas panjang.

"Banyak sekali jejak kaki kuda di situ," katanya dengan nada menahan perasaan, "adik seperguruan mereka itu dibunuh dengan kejam, setelah diperkosa banyak orang." (bersambung)


1. Dari Sun-Tzu, The Art of War, diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh John Minford [2009 (2002)], h. 91.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 4:20 PM
#215 Kekejaman di Padang Alang-Alang 4.5 5 Unknown February 2, 2015 mata-mata mati, artinya mata-mata yang sengaja menggubah keterangan keliru lantas memberikannya kepada musuh - The Art of War SENJA seolah begitu cepat menggelap, setelah Panah Wangi merayap dengan ilmu kadal untuk mengintai para Pengawal Anggrek Merah, yang dalam p...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak