#223 Surat dari Harimau Perang

February 10, 2015   

JEJAK tiga kuda, yang salah satunya kami duga membawa maharaja itu, mengarah lurus ke arah barat laut. Apakah kepentingan Golongan Murni membawanya ke arah itu?

"Kita belum tahu, apakah memang Golongan Murni berada di belakang penculikan ini," ujar Panah Wangi, "Sekarang ini seolah-olah siapa pun boleh meminjam tangan siapa pun untuk kepentingannya sendiri."

Wu Qi berkata:

jika satu orang

terlatih untuk berperang

ia bisa melatih sepuluh,

jika sepuluh terlatih

mereka bisa mengatur seratus,

seratus bisa melatih seribu,

seribu melatih sepuluh ribu

sepuluh ribu melatih

sebuah pasukan 1


Pada mulanya adalah sebuah noktah, tetapi dengan cepat berubah menjadi seekor kuda, yang melaju dengan kecepatan tinggi. Kuda pengantar surat itu berlari seperti terbang, semakin lama semakin dekat, dengan penunggang yang tampak sangat ahli, bukan hanya dalam berpacu, melainkan juga dalam menggunakan senjata. Dua pedang melintang tersoren di punggungnya, sebaris pisau terbang melingkari pinggangnya, sehimpun anak panah dalam sarung dan busurnya tergantung di sisi kuda. Sebuah kantong kulit bertali menempel di dada, berisi surat yang harus dipertahankan dengan nyawanya.

Kami memperlambat lari kedua kuda tempur kami, lantas segera menepi, agar tidak dicurigai akan menghalangi. Para pengantar surat sudah selalu siap untuk dicegat, mulai dari perampok gurun sampai mata-mata musuh, yang dalam keadaan apa pun tidak dapat dibenarkan mengurangi waktunya. Dengan senjata yang dibawanya, para pencegat itu sebisa mungkin disingkirkannya tanpa memperlambat laju. Misalnya dengan panah yang dilepaskan dari atas kuda. Sehingga ketika ia melewati titik pencegatan itu, para pencegatnya sudah tergeletak tanpa nyawa.

Namun penunggang kuda ini ternyata memperlambat lajunya, dan berhenti sama sekali di depan kami yang sudah memberinya jalan untuk lewat.

Ia turun dari kuda dan menjura.

"Salam Puan dan Tuan, maafkan saya, apakah kiranya yang berada di hadapan saya adalah Pendekar Panah Wangi dan Pendekar Tanpa Nama?"

Pertanyaan itu tentu saja mengejutkan kami!
"Jika benar, saya membawa surat bagi Puan dan Tuan."

Ia mengambil lipatan kertas dari kantong kulitnya, lantas memberikannya kepadaku. Setelah kubuka, kuteruskan kepada Panah Wangi, yang kuharap akan bisa membacanya.

Panah Wangi membacanya dan tertegun.

"Tolong sampaikan bahwa kami telah membacanya," kata Panah Wangi, "sampaikan pula salam kami."

Pengantar surat itu kembali menjura.

"Terima kasih Puan, tetapi saya harus membawa surat lain dari panglima wilayah ke Chang'an," katanya, sembari segera melompat kembali ke atas punggung kuda yang segera melaju.

Di tempat persinggahan nanti ia akan berganti kuda dan terus melaju tanpa henti sampai ke Chang'an. Mengingat kerahasiaan dan pentingnya surat yang dibawa, para pengantar surat itu harus merupakan petugas yang sakti, dan siapa pun yang bermaksud merampas kerahasiaan dan kepentingan surat itu sebaiknya lebih sakti lagi. Maka, menjaga berbagai kemungkinan, kukira akan dilakukan berbagai cara yang sama cepatnya dengan menggandakan jumlah pengantar surat melalui berbagai jalan. Burung merpati pun tentu tidak ketinggalan. Lantas, jika ada surat berhasil direbut, bahasa dan tulisan surat itu masih harus dipecahkan dengan sandi rahasia yang berganti setiap hari.

Aku tidak bisa membaca surat itu, mengapa Panah Wangi bisa?

"Aku pernah bekerja sebagai mata-mata," katanya, "surat ini menggunakan sandi antar mata-mata."

Ia membaca lagi surat itu.

"Surat ini dikirim oleh Harimau Perang..."

Aku seperti lupa sedang berada di mana ketika mendengarnya. Bagaimana mungkin satu manusia ini seperti berada di mana-mana dan tahu segalanya? Suatu saat berada dalam keadaan memusuhiku, saat yang lain seperti tidak peduli sama sekali. Aku teringat dengan kesempatan membunuhnya waktu itu. Apakah yang akan terjadi seandainya saat itu dirinya terbunuh olehku? Namun aku memang tidak pernah ingin membunuhnya.

"Apa isinya?"

Panah Wangi membacakannya. Surat itu pendek saja.

Sia-sia meneruskan pencarian.

Harimau Perang

Angin serasa jauh lebih kencang dari sebelumnya. Jika Harimau Perang ingin memperlambat pengejaran, sementara ini jelas dia berhasil. Untuk beberapa saat surat itu membuat kami berdiam di tempat. (bersambung)

1. A. L. Sadler, The Chinese Martial Code [2009 (1944)], h. 176
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 4:32 PM
#223 Surat dari Harimau Perang 4.5 5 Unknown February 10, 2015 jika satu orang terlatih untuk berperang ia bisa melatih sepuluh, jika sepuluh terlatih mereka bisa mengatur seratus, seratus bisa melatih seribu, seribu melatih sepuluh ribu sepuluh ribu melatih sebuah pasukan - The Chinese Martial Code [2009 (1944)] JEJAK tiga kuda, yang salah satunya kami duga membawa maharaja itu, mengarah lurus ke arah barat laut. Apakah kepentingan Golongan Murni mem...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak