#224 45: Angin seperti Menyanyikan Sesuatu

February 11, 2015   

DI tengah angin yang seperti sedang menyanyikan sesuatu, kami membahas surat itu.

"Pasti telah dipertimbangkannya bahwa kita bisa kembali ke Chang'an, bisa pula tetap melanjutkan pengejaran," kata Panah Wangi.

"Apa kira-kira tujuan surat ini?" tanyaku.

"Untuk membatalkan pengejaran."

"Kukira sebaliknya, karena dia tahu kita tidak akan menurutinya."

"Apa yang akan terjadi jika kita hindari jebakannya dan kembali ke Chang'an?"

Ini memang sulit. Tidak mungkin Harimau Perang mengira kami pasti akan menurutinya, jadi sebaliknya itulah yang diharapkannya!

"Apa yang dikatakan Pendekar Panah Wangi tidak keliru, tetapi bagaimana kalau kita pura-pura terjebak saja?"

Panah Wangi tersenyum.

"Surat itu memang tidak perlu berarti apa pun," katanya, "lebih baik kita berjalan terus."

Kong Fuzi berkata:

orang yang memang baik bicaranya lambat;

bukankah kesulitan memutuskan apa yang benar untuk dilakukan,

secara tak langsung ternyatakan dalam kelambatan untuk berbicara? 1


Dari Chang'an terdapat delapan jalan yang dibuat terutama untuk kepentingan tentara kerajaan agar pengiriman pasukan tempur bisa berlangsung secepat mungkin, begitu juga sebagai jalur surat-surat rahasia. Jalan jalur cepat, itulah namanya, yang kami lalui dan menuju ke arah barat laut ini terbagi dua. Satu mengikuti Sungai Wei sampai ke Shan, yang lain menuju Hui dulu, baru nanti bertemu lagi di Shan. Sebelum sampai Shan, jalan dari Hui berpapasan dengan jalan dari Shan. Dari arah kami, jalan jalur cepat itu terbagi tiga. Ke kiri dan kanan, masing-masing menuju Shan dan Hui, jika lurus terus akan sampai ke Jalur Sutra.

Setelah berkuda sambil melacak jejak berhari-hari sepanjang tepi Sungai Wei, kami pun sampai di persimpangan itu. Di sini jejak itu bercampur dengan jejak-jejak lain yang datang dari Shan, Hui, dan Jalur Sutra, bahkan jejak serombongan unta dari Jalur Sutra telah melindas jejak-jejak yang selama ini kami cermati.

Persimpangan itu juga menjadi tempat persinggahan maupun gardu para pengantar surat. Terdapat beberapa kedai dan penginapan. Di seluruh Negeri Atap Langit, diusahakan setiap 32 li dari jalan jalur cepat yang seluruhnya mencapai 43.200 li itu, terdapat satu gardu pengantar surat, sehingga hari ini secara keseluruhan sudah terdapat 1.297 gardu yang menjamin kecepatan berita dari seluruh wilayah di dalam negeri ke Chang'an dan sebaliknya. Setidaknya terdapat 21.500 kepala gardu dan penunggang kuda terbaik di seluruh negeri yang diperintah Wangsa Tang ini 2.

Jadi, di persimpangan ini, manusia, kuda, keledai, unta, dan gerobak berlalu-lalang. Seolah-olah tidak mungkin lagi memisahkan jejak-jejak yang kami ikuti dengan jejak-jejak lainnya.

Kami tiba ketika hari masih sore, masih memungkinkan untuk melacak jejak yang kami buru. Panah Wangi turun dari kudanya. Mengamati setiap rincian dan memilah-milahnya. Membeda-bedakan tapak kuda dengan tapak unta, tapak sepatu manusia, bahkan tapak keledai atau tapak bagal, masih dapat dilakukannya. Tetapi membedakannya dengan tapak sesama kuda, di persimpangan ramai yang menjadi tempat persinggahan seperti ini, tentu sangat sulit.

"Barangkali kita harus bertanya-tanya," kataku.

Panah Wangi memberi tanda jangan bicara dulu dengan tangannya. Ternyata ia bisa membedakan satu-satunya jejak tiga kuda berendeng dengan jejak-jejak yang lain.

"Dapat!" katanya dengan wajah riang.

Kami tambatkan kuda kami di depan sebuah kedai agar jejaknya tidak menambah kerumitan saling bersilangnya jejak-jejak di persimpangan itu, yang semakin dipersulit oleh keadaan tanahnya yang sengaja dikeraskan.

Namun jejak-jejak tiga kuda yang semula berendeng itu kemudian terbagi tiga, yakni masing-masing melangkah ke Shan, ke Jalur Sutra, dan ke Hui. Ini membingungkan kami, karena tidak mungkin maharaja dilepaskan untuk berkuda sendirian saja. Betapapun, dengan segala perkembangan yang belum kami ketahui, jika memang terjadi sang maharaja menempuh salah satu jalan jalur cepat itu, dari jejak-jejaknya saja tidak mungkin kami ketahui jalan mana yang ditempuhnya. Kami sungguh tidak tahu jalan manakah yang harus kami ikuti!

Apakah Harimau Perang juga merencanakan ini? Di sini angin juga seperti menyanyikan sesuatu. Aku teringat permainan pikiran yang pernah diajukannya. Apakah mengikuti saja jebakannya, seperti yang menjadi pilihan kami, adalah kebijakan yang keliru? (bersambung)

  1. Lionel Giles, The Sayings of Confucius [1998 (1907)], h. 63
  2. Charles Benn, China's Golden Age: Everyday Life in the Tang Dynasty [2004 (2002)], h. 183.
Posted by Agung Semeru
Naga Jawa di Negeri Atap Langit Updated at: 12:56 PM
#224 45: Angin seperti Menyanyikan Sesuatu 4.5 5 Unknown February 11, 2015 orang yang memang baik bicaranya lambat; bukankah kesulitan memutuskan apa yang benar untuk dilakukan, secara tak langsung ternyatakan dalam kelambatan untuk berbicara? - The Sayings of Confucius [1998 (1907)] DI tengah angin yang seperti sedang menyanyikan sesuatu, kami membahas surat itu. "Pasti telah dipertimbangkannya bahwa kita bisa kem...


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak