"Pasukan tolol! Sekarang kalian tahu betapa membasmi kalian sama mudahnya dengan meludah ke tanah. Kalian yang selamat karena hanya kami totok, akan kembali seperti sediakala pada saat matahari terbit. Tetapi jika tadi kami berikan Totokan Pelepas Nyawa sudah jelas sekarang ini sudah berumah di antara bintang-bintang! Berterima kasihlah kepada Pendekar Tanpa Nama yang memberi peringatan, bahwa nyawa tolol kalian itu tidak perlu dibuang-buang.
"Nah, karena perwira yang memimpin kalian telanjur gugur dalam tugas tolol yang sama sekali tidak dipertanyakannya, siapa pun harus mengatakannya, siapa yang memberi kalian perintah memburu penculik maharaja?"
Sekarang suasana menjadi sunyi, angin seperti sengaja memperlambat kecepatannya, hanya terdengar dengus kuda, yang memang tidak paham perbincangan manusia. Tidak seorang pun tampak berusaha menjawab pertanyaan Panah Wangi.
Aku mengamati seragam pasukan itu. Memang seragam pasukan pemerintahan Wangsa Tang, salah satu di antara enam seragam resmi tentara kerajaan, dan ini yang disebut zirah godam hitam, yang terbuat dari besi dan kulit, sebagai seragam Shen-ts'e atau Pasukan Siasat Langit, pasukan ternama yang didirikan tahun 753 sebagai penjaga perbatasan barat laut. Tugas utamanya adalah menumpas pemberontakan dan mempertahankan Chang'an. Jumlah anggota pasukannya, termasuk perwira, sampai hari ini sekitar 240.000 1.
Beruntung totokan kami masih bisa diselipkan ke bagian leher dari depan, tempat segala pisau terbang dan anak panah menancap, karena tengkuk sudah terlindungi besi. Dalam pertarungan jarak dekat, para pengantar surat juga akan menyabet atau menusuk celah pada ketiak sedalam-dalamnya yang tidak mungkin ditutup besi. Namun jika anak panah dilepaskan Panah Wangi, baju zirah dan perisai pun akan ditembusnya!
Seragam itu digunakan untuk bertempur, bukan untuk keadaan damai 2. Artinya memang resmi berangkat untuk bertempur. Jadi siapa yang menugaskannya?
Masih juga tidak ada suara. Panah Wangi tampak berusaha keras untuk sabar. Seorang pengantar surat mendekatinya dan mereka tampak berbisik-bisik sebentar. Para pengantar surat tentu tahu bagaimana cara melacak tugas itu, dan Panah Wangi tampak akan memanfaatkannya.
"Baiklah, akan kuganti pertanyaannya," kata Panah Wangi, "apakah kalian berangkat dengan upacara?"
Kali ini, setelah para prajurit itu saling menunjuk, ada juga yang menjawab.
"Ya, Puan, kami berangkat dengan upacara."
"Siapakah yang memimpin upacara itu?"
"Oh, dia sudah perlaya, Puan, ada di situ," katanya sambil menunjuk ke suatu arah.
Aku dan Panah Wangi dengan segera sampai di situ. Kami dengan cepat memilah-milah antara korban-korban tewas dan tubuh-tubuh tergeletak lemas karena totokan, tetapi pemimpin pasukan ini terdapat di antara yang tertotok, meskipun memang tewas. Aku tidak tahu di bagian mana ia diberi tanda sebagai perwira, tetapi ia memang tampak sebagai perwira.
Ia tidak tewas di tangan salah satu pengantar surat maupun oleh Panah Wangi. Mulutnya berbusa, bibirnya hitam, kedua tangan memegangi lehernya sendiri, dan wajahnya tampak kesakitan.
"Ia bunuh diri menelan racun," kata Panah Wangi.
Nanquan Puyuan berkata:
mula-mula
belajar sesuatu
di sisi lain
kembali
dan hidup
di sisi ini 3
belajar sesuatu
di sisi lain
kembali
dan hidup
di sisi ini 3
Maka apakah yang telah dikatakannya, ketika memimpin upacara dalam persiapan keberangkatan?
"Tidak ada, Puan, ia hanya mengumpulkan dan memberangkatkan kami," kata seseorang ketika Panah Wangi bertanya, "Baru di sini kami dengar ia berteriak tentang perkara maharaja diculik, ketika memberi perintah untuk membakar kedai dan membunuh orang-orang yang keluar dari sana. Kami juga heran, jumlah seribu orang jelas terlalu banyak untuk menyerang kedai dan jumlah orang sekecil ini. Buktinya justru kami tidak mampu bergerak meski hanya dua orang mengepung dengan ketajaman serangan yang tinggi dari depan dan belakang barisan."Rupa-rupanya memang ada yang janggal. (bersambung)
- Charles Benn, China's Golden Age: Everyday Life in the Tang Dynasty [2004 (2002)], h. 15-6.
- Zhou Xun & Gao Chunming, 5000 Years of Chinese Costumes [1987 (1984)], h. 180.
- Nanquan Puyuan (749-835) adalah bhiksu pemikir Chan semasa Dinasti Tang, yang kelak berkembang sebagai Buddhisme Zen di Jepang. Dikutip dari Fung Yu-lan, The Spirit of Chinese Philosophy, diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh E. R. Hughes (1947), h. 172.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak